Islam

Name:

Policy Analyst, Researcher

Saturday, September 03, 2005

Rajab 28th – Start of Journey of Imam Hussain(a.s.), his family members and companions towards Iraq.

AsSalam-o-Alaikum,


Rajab 28th – Start of Journey of Imam Hussain(a.s.), his family members and companions towards Iraq.

After hatching the conspiracy and achieving ultimate martyrdom of Imam Hasan(a.s.), Moawiya started campaigning openly for the succession of his son Yazid to the office of Caliphate. Until that time he had always planned in secret about this intention. To materialize his plans, he started his campaign among his most trusted people in Syria where he had established his headquarters. Later on, his missionaries took the message to other parts of the Islamic world and with the help of lot of money and bribery he got support for the caliphate of Yazid from a number of important Islamic cities. After his death in Shabaan of the 60th Hijrah, Yazid sat on his throne and started the campaign of getting Baiyat of all muslims so that they would accept him as the Caliph. The materialistic personalities of that time came forward and accepted his caliphate. Among them were mostly the people who were known for their enmity towards the Ahl-e-Bait(a.s.) of our Prophet Mohammad(pbuh&hf). The other group was of the people who were either coerced by force or treachery or their loyalties were bought through material offers.

When the campaign crossed the borders of Syria, instructions were sent to the Governor of Madina – Walid ibn-e-Aqba ibn-e-Abu Sufyan – as well to get the baiyat of Imam Hussain(a.s.). According to some historians, Yazid also mentioned that if Imam Hussain(a.s.) declines his baiyat then Walid should kill him and send his head to Syria. Walid invited the Imam(a.s.) to his court and gave him the orders of Yazid and demanded his baiyat. Imam(a.s.) replied “A person like me would never accept the baiyat of a person like Yazid”. In this statement, Imam(a.s.) gave a clear guideline for all the future time to come.

One of the advisors of Walid named Marwan bin Hakm incited Walid on getting Imam(a.s.) killed right there but Imam(a.s.) was joined by a few of his followers from Bani Hashim under the leadership of Hazrat Abbas(a.s.) and returned safely from the court.

Within a few days time, the political developments made it very clear that Yazid is going all out to either obtain the baiyat of Imam Hussain(a.s.) or to get him killed. Imam(a.s.) had the sanctity of Madina as well as the salvation of the religion of Islam in his mind, therefore, he decided to leave Madina and go towards Iraq. He asked for the preparation of a Caravan of his selected family members and his trusted friends and set off for this long journey on the 28th of Rajab.

Inshallah in future newsletters, details of the journey of Imam Hussain(a.s.) and his caravan will be presented. Since it is a day of grief and sorrow, I will relate some masaib of this event now.

Some words of Masaib
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
When Imam(a.s.) had made his decision to leave Madina, he went to the grave of his brother Imam Hasan(a.s.) with a very heavy heart. There he stayed for some time talking to his brother saying “O brother now your killers are after my blood. It looks like time for my martyrdom is near and I am leaving you now.”. I imagine that Imam Hasan(a.s.) would have replied from his grave – O my brother I bid you farewell and give you my son Qasim to become your sadqa in Karbala.

After that Imam(a.s.) went to the grave of his grandfather, the Holy Prophet Mohammad(pbuh&hf). He stayed there for a long time and wept a lot until he went to sleep. He saw the Prophet(pbuh&hf) in his dream and said to him “O my grandfather, my salutations to you. The land of Madina has become small for me. Tyrants among your ummah are after my blood and I am leaving Madina with a heavy heart”.

Finally Imam Hussain(a.s.) came to the grave of his mother Hazrat Fatima Zahra(s.a.). Historians write that Imam(a.s.) ran towards her grave just like a child runs toward his mother and he fell on her grave just like a child falls in the lap of the mother. Imam(a.s.) said “O my mother accept my last salam. I am leaving the land of Madina and would not come back. The prophecy of my grandfather is about to come true”. I imagine that Bibi Zahra(s.a.) would have said from her grave “O my beloved son, O the one whom I have raised by keeping awake in the night, I would not let you go alone. From this day I would not rest in my grave but I would accompany you throughout your journey.”

Historians write that throughout the journey various people reported to Imam(a.s.) that when everyone goes asleep during the night, we hear feminine voices of weeping and a bibi’s voice crying “Ya Hussain, Ya Hussain”. Imam(a.s.) told them “O my trusted companions this is my mother Zahra(a.s.) who is with me ever since I have left Madina”.

Ala Laanatullahe ala qaum-iz-zalimeen (May Allah’s curse be on the group that committed atrocities on Imam Hussain((a.s.) and his companions and family members)

-----------------------------------------------------------
This newsletter is sent to 5,597 direct members at the site
and 23,911 indirect members through discussion and news groups
-----------------------------------------------------------



Iltimas-e-Dua,
Syed Rizwan Raza Rizvi,
Webmaster, http://www.ziaraat.com

Forum.Cari.Com.My : Cari Forum - Muslimin & Muslimat - ASWJ, Syiah, Wahabi, Mazhab, etc - SYIAH IMAMIYYAH - kenali melalui ringkasan

Forum.Cari.Com.My : Cari Forum - Muslimin & Muslimat - ASWJ, Syiah, Wahabi, Mazhab, etc - SYIAH IMAMIYYAH - kenali melalui ringkasan: "Fatwa tentang sahnya beramal dengan mazhab Syiah

berikut adalah terjemahan dari fatwa yg telah dikeluarkan oleh Syeikh al-Azhar berkenaan sahnya beramal dengan mazhab Syiah Imamiyyah. Anda boleh ikuti fatwa ini dalam internet. Bill telah memetiknya dari sebuah laman web: http://www.geocities.com/anandito_2000/120501-5.htm
terdapat teks asal dalam bahasa Arab yg boleh diperolehi dari internet sekiranya ada masa anda silalah luangkan masa mencarinya..


Dengan nama Allah, Mahapengasih, Mahapenyayang
Surat Resmi dari Lembaga

Dikeluarkan oleh
Yang Mulia Mahaguru Syaikh Mahmoud Syaltût Rektor Al-Azhar
Tentang

Keabsahan Beribadah Berdasarkan Doktrin Syiah Imamiyah

Yang mulia ditanya:

'Beberapa orang masih mempertahankan bahawa, agar ibadah dan urusan-urusan orang-orang Muslim menjadi sah maka dia harus mengikuti salah satu dari empat Doktrin atau Mazhab, yang tidak termasuk dalam keempat mazhab tersebut adalah Mazhab Syiah Imamiyah atau Zaidiyah. Apakah Yang Mulia setuju dengan pemikiran mutlak tersebut dan, menurutnya, dilarang mengambil Doktrin dari, sebagi contoh, Itsnâ ‘Asyariyah Syiah Imamiyah?'
Yang Mulia menjawab:

1. Islam tidak mewajibkan salah seorang dari pengikutnya untuk mengikuti doktrin beberapa mazhab tertentu. Malah, kami mengatakan: setiap Muslim berhak untuk mengambil dari sejak awal, doktrin dari mazhab mana pun yang dengan benar diterima oleh kita dan hukum-hukumnya dicatat dalan kitab-hukum yang tepat. Siapa pun yang mengambil doktrin dari satu mazhab, dia boleh meninggalkannya dan mengambil prinsip-prinsip mazhab yang lain, tanpa dapat dituduh melakukan kesalahan karena melakukannya.

2. Dalam hukum Muslim sama keabsahannya beribadah menurut Doktrin Ja’fariy yang dikenal sebagai Itsnâ ‘Asyariayah, sebagaimana menurut mazhab-mazhab Sunni.
Maka itu, sangat penting bagi orang-orang Muslim mengetahui fakta ini dan menjaga diri sendiri dari fanatisme buta demi sekte tertentu. Karena Agama dan Hukum Allah bukan hak eksklusif dari mazhab Muslim tertentu. Semua (mazhab-mazhab) adalah dipercaya (mujtahid) (dalam pencariannya pada kebenaran) dan semuanya diterima oleh Allah, Dia yang Mahaagung! Maka boleh saja bagi siapa pun yang belum mampu menginterpretsikan sendiri Hukum (ijtihad) boleh mengambil doktrin mana pun dari mazhab-mazhab ini dan mengikuti fikihnya. Dalam kaitan ini, tak ada perbedaan antara urusan-urusan ibadah dan dunia.

Mahmoud Syaltût"

Forum.Cari.Com.My : Cari Forum - Muslimin & Muslimat - ASWJ, Syiah, Wahabi, Mazhab, etc - SYIAH IMAMIYYAH - kenali melalui ringkasan

Forum.Cari.Com.My : Cari Forum - Muslimin & Muslimat - ASWJ, Syiah, Wahabi, Mazhab, etc - SYIAH IMAMIYYAH - kenali melalui ringkasan: "SYIAH IMAMIYYAH - kenali melalui ringkasan

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Al Maa-idah:8)

salam. Tujuan thread ini dibuka ialah utk memberi sedikit gambaran mengenai Syiah dan pendirian mereka mengenai beberapa perkara. Seperti anda semua sedia maklum, ada beberapa orang musuh mazhab Ahlul Bait a.s di sini yg tanpa penat lelah mencari2 jalan menjatuhkan mazhab Keluarga Nabi saaw ini, dan dengan cara yg paling menghinakan – memetik dari sumber2 yg memang memusuhi Syiah! Ianya adalah usaha utk membuat orang membenci Syiah dan berfikir dengan cara mereka. Orang2 Kafir juga memusuhi Islam kerana maklumat2 salah yg mereka perolehi dari sumber2 anti islam, dan bukannya dari orang islam sendiri. Oleh itu, selepas hari ini, anda boleh melihat point2 ringkas dari Syiah sendiri. Sebenarnya isu Syiah Sunnah di dalam forum ini telah lama selesai selepas tajuk ASWJ vs Syiah di mana di dalamnya secara jelas membuktikan bahawa hanya Syiah yg berpegang kepada pertintah Nabi saaw agar setia bertaut kepada hadis Tsaqalain (al-Quran dan Ahlul Bait a.s). Namun, musuh2 Ahlul Bait a.s tidak dapat menerimanya lalu terus2an mencari bahan2 dari laman2 web anti syiah (gambar dan artikel2) tanpa cuba merenungkan hakikat kedudukan mereka sendiri dalam berpegang kepada hadis Tsaqalain itu!

terdapat banyak web2 Syiah imamiyyah yg boleh anda layari, antara yg biasa bill layari termasuklah:

http://almawaddah.tripod.com/
http://www.answering-ansar.org/
http://www.al-islam.org/default.asp

wassalam
Bill"

Thursday, September 01, 2005

Hadith number 20926

It is narrated that Imam Sadiq (as) has narrated from
the Prophet (saw)

The downfall of honour and nobility is boasting.

Combat with the Self
Page 240 Hadith number 20926
Muhammad b. al-Hasan al-Hurr al-Amili
Translated by Nazmina A Virjee

The Alchemist's Lab

The Alchemist's Lab

Scientific method - Wikipedia, the free encyclopedia

Scientific method - Wikipedia, the free encyclopedia

Alchemy - Wikipedia, the free encyclopedia

Alchemy - Wikipedia, the free encyclopedia

Alchemy in Ibn Khaldun's Muqaddimah

Alchemy in Ibn Khaldun's Muqaddimah

Islamic Alchemy in the context of Islamic Science

Islamic Alchemy in the context of Islamic Science: "Medicine In Old Egypt

Cosmetics In Ancient Egypt

Perfumes in Ancient Egypt

Mummification in Ancient Egypt"

Arab Medical Schools

Arab Medical Schools: "2- Ibn Sina was known as a philosopher and physician. His fame
in these two fields was the cause of his influence in the West. Here we
are dealing with his medical contribution that became so evident in his
famous work Kitab al-Qanun fi al-Tib. The Organon in Medicine.
This book was translated by Gerard of Cremona into Latin and published
in Europe several times. The importance of al-Qanun came from two
things:"

Night of 27th Rajab

Night of 27th Rajab marks the anniversary of the Baysat of our beloved Prophet Mohammad(sawaw). Baysat is the event of formal declaration of prophet-hood by Prophet Mohammad(pbuh&hf). It is also the night of Mairaj which is the ascension of Prophet Mohammad(sawaw) to heavens. A separate newsletter will be sent on that topic later. The current newsletter is intended to inform about the special aamal of this important and virtuous night.

It seems appropriate to mention at this stage that the Ahl-e-Tashiyyuh (Shias) believe that the Prophet(sawaw) is the first and foremost creation of Allah(swt) and He is the Prophet ever since his creation. The arrival of Wahi at the age of 40 is only a mark where Allah(swt) decided that Prophet Mohammad(sawaw) should declare the message of Allah(swt) openly and start the process of inviting people to salvation.

Special aamal of Shab-o-roz-e-Baysat (night and day of BAYSAT)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Special aamal have been prescribed by Masoomeen(a.s.) for this night which is the night between the 26th and 27th of Rajab. The aamal are as follows:

- Take bath towards the start of the evening of 27th. (end of the day of 26th)

- Observe fast on the day of 27th – It is one of the 4 most recommended fasts in the whole Islamic year and according to a saying of Imam Mahammad Taqi(a.s.), its reward is equivalent to fasting of 60 years.

- Recite salawat in abundance – Allahumma Salle ala Mohammadin wa aal-e-Mohammad.

- Recite Ziaraat of Prophet Mohammad(sawaw) and Imam Ali(a.s.). Both these ziaraat are available on the site http://www.ziaraat.com in the "Ziarat Summary" link on the main page.

- Perform 12 Rakaat prayers during the night of 27th near mid-night in sets of 2 rakaat each. In each rakaat recite Sura-Hamd and then recite either Sura Mohammad, Sura Naas or Suar Yaseen (according to different traditions in different books).

- After completing all the 12 rakaat, keep sitting in the same position and recite 7 times each Sura-Hamd, Sura Tawheed, Sura Nass, Sura Kafiroon, Sura Falaq, Sura Qadr and Ayatul Kursi (until hum feeha khalidoon).

- After these suras recite the following dua:
ALHAMDO LILLA-HIL LAZI LAM YAT-TAKHIZ SAHIBATAWOON WA LA WALADAN WA LAM YAKUL-LAHU SHAREEKUN FIL MULKI WA LAM YAKUL LAHU WALIYUM MINAZ-ZULLI WA KAB-BIRHU TAKBEERA. ALLAHUMMA INNI AS-ALUKA BE-MOAQIDI IZZIKA ALA ARKAANI ARSHEKA WA MUNTAHAR RAHMATI MIN KITABIKA WA BE-ISMIKAL AAZAMAL AAZAMAL AAZAMI WA ZIKRIKAL AALAL AALA WA BI-KALIMATIKAT TAM-MATI KUL-LIHA AN TU-SALLI ALA MUHAMMADIWOON WA AALE MUHAMMAD WA AN TAF-AL BI MA ANTA AHLUHU.

In addition to the above, another lengthy dua is also prescribed in the Mafatih-ul-Jinaan (Keys of the Heaven). Please consult it directly to recite that dua as well. Mafatih-ul-Jinan is available online at http://www.shiamasjid.com (page 302) as well as at http://www.duas.org.

27th Rajab day aamal are also the same as above.

May Allah(swt) grant you and me the opportunity to avail ourselves of this great night and the courage to perform these special aamal.

Note: 26th and 27th of Rajab is the 1st and 2nd of September in almost all parts of the World

----------------------------------------------------------
This mail is sent to 5,592 direct members at the site and
23,911 indirect members through discussion and newsgroups
----------------------------------------------------------



Iltimas-e-Dua,
Syed Rizwan Raza Rizvi,
Webmaster, http://www.ziaraat.com

Hadith number 20492

It is narrated that Imam Sadiq (as) has said:

One who is moderate in his affairs will obtain
whatever he wants from people.

Combat with the Self
Page 108 Hadith number 20492
Muhammad b. al-Hasan al-Hurr al-Amili
Translated by Nazmina A Virjee

hadith number 20656

It is narrated that Imam Sadiq (as) has said:

Disrepect to one's parents is a grave sin because
Allah has equated the disrespectful son or daughter
with being insolent, wretched and damned.

Combat with Self
Page 159 hadith number 20656
Muhammad b. al-Hasan al-Hurr al-Amili
Translated by Nazmina A Virjee

Psychologist Discovers the Effect of Repeating the Word ALLAH

To: jaafari-singapore@yahoogroups.com
Date: Sun, 28 Aug 2005 10:08:11 +0800
Subject: [jaafari-singapore] Psychologist Discovers the Effect of Repeating the Word ALLAH
Salaamun 'alaikum

Non-Muslim Psychologist Discovers the Effect of Repeating the Word
"ALLAH" in Curing Psychological Diseases.

Vander Hoven, a psychologist from Netherlands, announced his new
discovery about the effect of reading the Qur'an and repeating the
word ALLAH both on patients and on normal persons. The Dutch professor
confirms his discovery with studies and research applied on many
patients over a period of three years. Some of his patients were
non-Muslims, others do not speak Arabic and were trained to pronounce
the word "ALLAH" clearly; the result was great, particularly on those
who suffer from dejection and tension.

"Al Watan", a Saudi daily reported that the psychologist was quoted to
say that Muslims who can read Arabic and who read the Qur'an regularly
can protect themselves from psychological diseases.

The psychologist explained how each letter in the word "ALLAH" affects
healing of psychological diseases. He pointed out in his research that
pronouncing the first letter in the word "ALLAH" which is the letter
(A), released from the respiratory system, controls breathing. He
added that pronouncing the velar consonant (L) in the Arabic way, with
the tongue touching slightly the upper part of the jaw producing a
short pause and then repeating the same pause constantly, relaxes the
aspiration. Also, pronouncing the last letter which is the letter (H)
makes a contact between the lungs and the heart and in turn this
contact controls the heart beat.

What is exciting in the study is that this psychologist is a
non-Muslim, but interested in Islamic sciences and searching for the
secrets of the Holy Qur'an.

Allah, The Great and Glorious, says, "We will show them Our signs in
the universe and in their own selves, until it becomes manifest to
them that this (Qur'an) is the truth." (Holy Qur'an 41:53)

Translated from the Qatari "Arraya" Daily Sunday, 24 March, 2002

Source: Via Email.

Pls remember us in your prayer.

Cak Nur

Cak Nur

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Harian Republika

Cak Nur (Prof Dr Nurcholish Madjid) adalah cendekiawan dan penulis Indonesia yang sangat produktif sebelum mengalami pencangkokan hati di Cina, kemudian dirawat di Singapura dan di Jakarta selama beberapa bulan. Kondisi kesehatannya memburuk dan ia akhirnya wafat kemarin.

Sewaktu dirawat di Singapura dan di RS Pondok Indah, sudah banyak sekali orang penting dan para sahabat menjenguknya demi menunjukkan simpati dan empati yang amat dalam terhadap Cak Nur. Sewaktu saya dan istri mengunjunginya di RS NUH (National University Hospital), Singapura, beberapa bulan yang lalu, Cak Nur baru saja keluar dari ICU dalam keadaan lemah sekali, tetapi dapat berkomunikasi melalui tulisan Arab-Melayu yang tidak mudah saya baca. Kami hanya trenyuh dan tertunduk hormat sambil berdoa untuk kesembuhannya.

Sebagai sahabat yang pernah bergaul selama lebih empat tahun di Chicago dan mengaji Alquran pada Fazlur Rahman di kediamannya, sekitar 45 mil dari kota itu, saya sampai batas-batas yang agak jauh telah mengenal Cak Nur dari jarak yang dekat. Ketika berbicara, pembawaannya lembut, sopan, serta mengeluarkan pendapat melalui argumen yang kuat dan teratur.

Perkara orang belum tentu setuju dengan hujah-hujahnya, adalah lumrah belaka. Bukankah tafsiran menusia terhadap wahyu yang mengandung kebenaran mutlak tidak pernah benar mutlak semutlak wahyu itu sendiri? Oleh sebab itu, jika ada orang yang memonopoli kebenaran dengan jalan memasung hak orang lain untuk berpendapat berbeda, sebenarnya (secara tidak sengaja atau gegabah?) telah mengambil alih otoritas Tuhan sebagai Sumber Kebenaran Mutlak. Cara berpikir semacam ini sangat berbahaya dan dapat meluluhlantakkan persaudaraan antarmanusia.

Dengan sedikit wacana ini, saya akan langsung memasuki topik utama Resonansi ini yang sumbernya dari saksi mata langsung dan otentik. Demikianlah pada 26 Juli 2005, antara pukul 16.30 dan 17.30, beberapa orang mendatangi Cak Nur di rumahnya, sementara Cak Nur sendiri belum pulih kesehatannya, masih lemah. Menyaksikan kondisi fisiknya, semestinya meluluhkan perasaan mereka yang berhati nurani.

Rombongan ini mengaku membawa pesan Abu Bakar Ba'asyir untuk Cak Nur. Sumber pertama merekamkan: ''Apakah pikiran Cak Nur masih?'' Cak Nur menjawab, ''Saya masih tidak bingung.'' Setelah basa-basi, salah seorang bilang menyampaikan salam Ustadz Ba'asyir, dan bahwa beliau bertanya, dalam buku Fiqh Lintas Agama ada nama Cak Nur dan berpendapat semua agama sama. Cak Nur menjawab, ''Saya tidak berpendapat semua agama sama.''

''Ada tertulis kawin antaragama boleh. Ustadz Ba'asyir minta Cak Nur menarik pendapat itu.'' Seorang lagi mengulangi pesan Ba'asyir, ''Itu pendapat salah, minta Cak Nur mencabut pendapat agama sama dan boleh kawin antaragama. Bagaimana pendapat Cak Nur?'' Cak Nur menjawab, ''Saya tidak dalam kondisi untuk menjawab.'' (Ini informasi via SMS yang saya terima pukul 22.35, pada 14 Agustus 2005).

Hampir serupa dengan yang pertama, sumber kedua antara lain merekamkan: ''Yang mereka sampaikan adalah (katanya) amanat dari Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan M Thalib (dengan asumsi Cak Nur sudah sehat) tentang tiga hal yang ada dalam buku Fiqh Lintas Agama.'' (SMS pukul 06.44, pada 15 Agustus 2005).

Saya tidak berminat mempersoalkan isi dialog itu. Sekiranya Cak Nur sehat, dia akan bisa menjawab berjam-jam semua pertanyaan yang diajukan itu. Yang menjadi keprihatinan saya adalah adab orang menjenguk si sakit. Apakah dalam batas kesopanan Cak Nur diguyur dengan pertanyaan-pertanyaan serupa itu dalam kondisi fisik yang mengundang rasa iba itu?

Rombongan itu 'kan menyaksikan sendiri keadaan Cak Nur dari jarak yang sangat dekat. Mengapa sampai hati ''meneror''-nya dengan berlindung di balik amanah Ba'asyir? Saya sungguh gagal memahami cara orang membawakan pesan agama demikian kasar. Sepengetahuan saya, Ba'asyir bukanlah tipe manusia garang yang suka memaksa-maksa orang lain. Sewaktu saya dan istri menjenguknya di RS PKU Solo pada waktu yang lalu, dia memeluk saya dan mohon doa. Tetapi, mengapa mereka yang menyebut diri pengikutnya seperti tak terkendali, khususnya sewaktu mengunjungi Cak Nur?

Pesan saya sebagai orang tua yang sudah berusia di atas 70 tahun adalah agar orang beragama secara beradab, santun, dan arif dalam menyikapi keadaan. Islam yang saya pahami adalah Islam yang sebangun dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, beradab, dan mulia.

Cak Nur telah wafat. Saya dan keluarga menyampaikan belasungkawa yang sangat dalam dan dalam sekali. Semoga khusnul khatimah

"IHYA' ULUMIDDIN" KITAB ADAB MEMBACA AL-QUR'AN (3/5)

Subject: "IHYA' ULUMIDDIN" KITAB ADAB MEMBACA AL-QUR'AN (3/5)



INTISARI KITAB
Mau'izhatul Mu'minin min
"IHYA' ULUMIDDIN"
==Hujjatul Islam Al Imam Al Ghazali==
(Bimbingan Mu'min dari Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama)

--------------------------------------------------------------------------------

Bismillah, Walhamdulillah Wassholatu Wassalamu
`Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Washohbihie Waman Walaah
amma ba'du...

KITAB ADAB MEMBACA AL-QUR'AN (3/5)
============================================

Tertib batiniah dalam membaca al-Qur'an

Dalam membaca al-Quran secara batiniah tujuh perkara :

Pertama : Memahami kebesaran percakapan (firman) atau percaya apa
yang terkandung di dalam al-Qur'an dan ketinggiannya, serta kemahaaagungan
Allah s.w.t. dan kemaharahmatNya ke atas sekalian makhlukNya dalam
menyampaikan segala percakapanNya sesuai dengan fahaman mereka.

Kedua : Mengagungkan Zat Allah yang berfirman. Orang yang membaca
al-Quran terlebih dulu hendaklah menghadirkan di dalam hatinya Zat Allah
yang berfirman, agar ia sentiasa maklum bahwa segala firman yang dibacanya
itu bukanlah dari percakapan manusia. Dan kemahaagungan Allah tidak akan
muncul di dalam hati, selagi tiada dapat membayangkan sifat-sifat
kebesaran Allah Ta'ala dan kemahaagungNya dan segala
perbuatan-perbuatanNya.

Andaikata ia dapat menggambarkan di dalam hatinya,
betapa hebatnya Arasy dan Kursi langit dan bumi dan segala isinya daripada
jin manusia, binatang-binatang, pohon-pohonan, dan ia mengetahui dengan
penuh keyakinan, bahwasanya pencipta semua itu dan pengusaannya serta
pemberi rezekinya ialah Satu dan Esa dan segala-galanya adalah di dalam
genggaman kudratNya, sentiasa terdedah di antara menerima kelebihan dan
rahmatNya ataupun menerima siksa dan kemukaanNya.

Kiranya Dia (Allah) mengurniakan kenikmatan, maka demikian itu dengan rahmatNya; dan kiranya Dia meyiksa maka yang demikian itu adalah dengan keadilanNya. Dengan
memikirkan hal-hal yang serupa inilah, akan hadir di dalam hati
penghormatan terhadap Zat yang berfirman; iaitu Allah s.w.t. dan akan
hadir sama juga penghormatan terhadap percakapanNya.

Ketiga : Menghadirkan hati ketika dalam membaca al-Qur'an serta
meninggalkan segala terlintas dari unsur-unsur lain dan mengosongkan hati
daripanya, agar semua tumpuan terhala kepada bacaan membaca surah al-Qur'an
sedang hatinya lalai daripadanya, segera akan diulangi semula
pembacaannya. Sifat ini timbul kerana penghormatan yang telah kita
bicarakan sebelum ini, sebab orang yang menghormati percakapan Allah itu,
apabila ia membaca al-Qur'an itu perkara-perkara yang akan mengembirakan
hati, apabila si pembacanya ahli dalam perkara-perkara itu. Jadi apalah
gunanya lagi untuk mencarai kelapangan hati dengan memikirkan selain dari
isi al_Qur'an, kalau al_Qur'an sudah boleh memberikannya.

Keempat : Memikirkan arti-arti al-Qur'an dan ini akan terlaksana
dengan hadirnya hati ketika membaca al-Qur'an, sebab mungkin sekali ia
tidak memikirkan selain dari al-Qur'an, tetapi ia hanya mementingkan
pendengaran al-Qur'an buat dirinya sendiri, sedangkan ia tiada pula
memahami maknanya. Padahal maksud dari membaca al-Quran itu telah
memikirkan makna-maknanya. Kerana itulah disunnatkan membacanya dengan
tartil, sebab tartil pada lahirnya akan membolehkan pembaca memikirkan
maknanya secra batiniah:

Berkata Ali r.a.: Tiada gunanya sesuatu ibadat yang dilakukakan
tanpa imlu pengetahuan dan bacaan al-Qur'an yang dilakukan tanpa memikirkan
maknanya.

Andaikata dia tidak mampu memahami maknanya melainkan dengan
berulang-ulang membacanya, maka hendaklah mengulang pembacaannya itu,
kecuali jija dia sedang bersembahyang di belakang Imam.

Pernah diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w bangun ditengah malam (bersembahyang) membaca suatu ayat yang diulang-ulanginya berkali-kali.

(bersambung)

Buyung Menyesal Telah Bela PKS

Subject: Buyung Menyesal Telah Bela PKS

http://jkt1.detiknews.com/indexfr.php?url=http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/08/tgl/31/time/185615/idnews/433084/idkanal/10

Gara-gara Ahmadiyah
Buyung Menyesal Telah Bela PKS

Fedhly Averouss Bey - detikcom

Jakarta - Membela Ahmadiyah dan Nur Mahmudi dari PKS. Itulah yang
dikerjakan 'pendekar hukum' Adnan Buyung Nasution. Tapi dua kelompok ini
punya prinsip yang berbeda. Ujungnya, Buyung pun menyesal.

Buyung menyesal karena selama ini telah membela PKS. Padahal PKS jelas
menegaskan Ahmadiyah sebagai ajaran yang sesat.

"Saya menyesal telah membela PKS dalam pemilu lalu. Saya juga menyesal
membela Nur Mahmudi Ismail dalam pilkada Depok," tegas Buyung dengan
nada tinggi usai mendampingi 10 pengurus Ahmadiyah melakukan dengar
pendapat dengan Komisi VIII DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu
(31/8/2005).

Dalam rapat dengar pendapat itu, PKS lewat Anshori Siregar menegaskan
bahwa Ahmadiyah telah keluar dari Islam karena memiliki nabi baru dan
memiliki kitab yang berbeda dengan Alquran.

"Padahal saya membela PKS karena merupakan pihak yang dizalimi. Dan
dalam hal ini Ahmadiyah juga merupakan pihak yang dizalimi," tandas
Buyung
yang bersuara menggelegar ini.

Buyung sangat menyayangkan sikap PKS itu. Dia juga menyesalkan fatwa
MUI yang memutuskan Ahmadiyah sebagai aliran sesat.

"Sekarang mungkin Ahmadiyah. Besok bisa jadi yang lain. Bisa JIL, bisa
Ulil Abshar Abdalla, mungkin saja nanti NU yang dibilang bid'ah. Untuk
itu saya menyesali adanya fatwa ini," tegas pria berambut perak itu.

Usai rapat yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VIII dari FKB Anib
Ismail, anggota Komisi VIII dan pengurus Ahmadiyah kembali berdebat.

Pengurus Ahmadiyah menegaskan ajaran yang dianutnya tidak keluar dari
syariat Islam. Tapi menurut Anshori Siregar yang meladeni debat itu,
dengan mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW, itulah yang
menyebabkan Ahmadiyah keluar dari Islam. (nrl)

Doa Kumail bin Ziyad

Doa Kumail bin Ziyad

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Yaa daa imal fadhli 'alal bariyyah
Yaa baa sithal yadaini bil 'athiyyah
Yaa shaahibal mawaahibissaniyyah
Shalla 'alaa Muhammadiwwa aalihi khoiril wa raa sajiyyah

Wahai yang Karunia-Nya senantiasa pada semesta alam
Wahai yang Maha Pemurah dengan pemberian-pemberian
Wahai yang Maha Pemurah dengan pemberian-pemberian
Wahai Pemberi segala bantuan dan pertolongan
Cucurkanlah Shalawat serta Rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad dan
keluarganya
(karena mereka adalah) ciptaan-Mu yang memiliki budi terluhur

Allaahumma innii as aluka birahmatikallatii wa si'at kulla syay'
Wa biqawwatikallatii qaharta bihaa kulla syay'
Wa khodha'a lahaa kullu syay'
Wa dzalla lahaa kullu syay'
Wa bijabaruw tikallatii ghalabta bi haa kulla syay'
Wa bi'izzatikallatii laa yaquumulahaa syay'

Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala
sesuatu
Dan dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu
Dan yang dengannya merunduk segala sesuatu
Dan yang dengannya merendah segala sesuatu
Dan dengan keagungan-Mu yang mengalahkan segala sesuatu
Dan dengan kemuliaan-Mu yang tak tertahankan oleh segala sesuatu


Wa bi 'azhoomatika llatii mala at kulla syay'
Wa bisulthaanika lladzii 'alaa kulla syay'
Wa biwajhikal baaqii ba'da fanaa i kulla syay'
Wa bi asmaa ikallatii mala at arkaana kulla syay'
Wa bi'ilmiki lladzii ahatha bi kulla syay'
Wa binuuri wajhika ladzii dhaa alahuu kullu syay'

Dan dengan kebesaran-Mu yang memenuhi segala sesuatu
Dan dengan kekuasaan-Mu yang mengatasi segala sesuatu
Dan dengan wajah-Mu yang kekal setelah fana segala sesuatu
Dan dengan asma-Mu yang memenuhi tonggak segala sesuatu
Dan dengan ilmu-Mu yang mencakup segala sesuatu
Dan dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari segala sesuatu

Ya Nuuru ya Qudduus
Yaa awwalal awwaliin wa yaa aakhiral aakhiriin
Allaahummaghfirli yadzdzunuuba llatii tahtikul 'ishom
Allaahummaghfirli yadzdzunuuba llatii tunzilunnaqam
Allaahummaghfirli yadzdzunuuba llatii tughayyarunna'am
Allaahummaghfirli yadzdzunuuba llatii tahbisuddu'aa
Allaahummaghfirli yadzdzunuuba llatii tunzilul balaa
Allaahummaghfirlii kulla dzambin adznabtuh wa kulla khotii atin akhthaa
tuhaa

Wahai Nur, Wahai Yang Maha Suci
Wahai Yang awal dari segala yang awal dan wahai yang akhir dari segala
yang
akhir
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang mendatangkan bencana
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang merusak nikmat
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang merintangi doa
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang menurunkan bencana
Ya Allah ampunilah segala dosa yang telah kulakukan dan segala
kejahatan
yang telah kukerjakan